Cerita Sumber Air Telaga Buret Di Kabupaten Tulungagung
Telaga Buret!! Di Jawa Timur kususnya daerah Tulungagung nama telaga ini sudah tidak asing lagi bagi tulungagung, Berlokasi di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung lebih kurang 25 km dari pusat kota.
Telaga Buret merupakan salah satu
telaga yang masih mampu mengeluarkan sumber air dari sungai bawah tanah
walau semakin menyusut debet air yang dikeluarkan.
Hal ini di karenakan pengaruh iklim dan
penggundulan hutan, namun walau demikian masih bisa untuk mengairi
sawah di tiga desa meski secara bergilir . Desa-desa tersebut yaitu ds,sawo, ngentrong dan Gedangan.
Menurut kepercayaan yang menguasai ( Mbau Rekso) di telaga Buret adalah Mbah Djigangdjojo.
Dalam cerita sebetulnya mbah Djigangdjojo
itu adalah seorang pangeran dari mataram, akan tetapi karena termasuk
pangeran yang sudah tua, maka lazimnya orang-orang menyebutnya mbah Djigangdjojo begitu saja.
Mungkin pengeran Djigangdjojo itu juga seorang pelarian yang tujuannya sama dengan Pangeran Benowo di Bedalem hanya tempatnya menepi di telaga Buret.
Mbah Djigangdjojo kesenangannya adu Burung Jago, Sampai sekarang ini masih dipercayai kalau mbah Djigangdjojo itu kalah jagonya, maka keadaan ikan-ikan di rawa-rawa kelihatan banyak sekali.
Mbah Djigangdjojo mempunyai 2 orang anak yang seorang bernama Sekardjojo tempatnya masih menjadi satu ditelaga Buret berkumpul dengan mbah Djigangdjojo, sedang yang seorang bernama Kembangsore bertempat dibawah dawuhan/jembatan desa Gedangan.
Keadaan telaga Buret sampai sekarang
seakan- akan masih tampak keangkerannya. Tak ada yang berani mengambil
ikan dari sekitar Telaga itu, karena menurut kepercayan kalau ada yang
berani mengambil maka dalam waktu tidak terlalu lama akan mendapat pasangan halangan.
Kecuali kalau ikan tadi sudah berada di
dawuhan Malang, biarpun asalnya dari telaga Buret tetapi sudah bisa
diambil oleh siapapun saja.
Bagi desa Sawo, Gedangan dan Ngentrong telaga Buret merupakan tempat yang dianggap Keramat.
Tiga desa tersebut tiap 1 tahun sekali tepat pada bulan Suro, hari Jum’at Legi bersama-sama mengadakan ulu-ulu/slamatan disitu.
Menurut cerita masyarakat kalau setiap
tahun desa-desa tadi tidak mengadakan ulur-ulur (slametan) ke telaga
Buret itu, maka akan banyak terjadi halangan didesanya.
Oleh sebab itu hingga sekarang tidak ke 3 desa tersebut tidak berani meninggalkan kebiasaan itu.
Disamping itu bagi sebagian masyarakat telaga buret masih digunakan untuk tempat menepi guna mencari timbul.
Dan sewaktu-waktu apabila sudah berhasil/tercapai cita-citanya mereka akan mengadakan slametan/nyadran ke telaga tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar