Teknologi memang ada segi positifnya. Tetapi kalangan sindikat organisasi kejahatan dunia termasuk mafia Jepang - Yakuza
- ikut pula memanfaatkan teknologi untuk "usahanya" melakukan
kejahatan. Misalnya memanfaatkan printer 3 dimensi (3D) untuk membuat
pistol.
"Kini dengan teknologi maju, menggunakan printer 3D kita bisa membuat pistol sendiri. Bukan tidak mungkin Yakuza
melakukan itu, memudahkan membuat dan menggandakan pistol dari printer
3D dan hal ini bisa berfungsi seperti pistol betulan," papar Mitsuhiro
Suganuma, mantan Kepala Badan Intelijen Keamanan Nasional Jepang, yang
ahli di bidang Yakuza, Jumat (10/10/2014) sore khusus kepada
Tribunnews.com di kantornya, di mana dia juga sebagai Chairman Asosiasi
Asia Socioeconomic Development Cooperation.
Di Jepang
tidak boleh ada orang sipil memegang senjata api. Kalau pun ada ijin,
setelah masa berlaku habis harus dikembalikan dan tidak akan
diperpanjang lagi saat ini. Semua dihitung bahkan jumlah peluru dan
laporan penggunaan peluru satu per satu pun harus dilaporkan ke pihak
kepolisian. Terlalu amat detil dan terlalu sulit sekali terkait senjata
api di Jepang.
Oleh karena itu dengan keberadaan printer 3D sebenarnya sangat membantu kalangan Yakuza memiliki senjata api. Sementara polisi pun semakin kesulitan mendeteksi karena terkait pula UU Anti Yakuza di mana polisi juga tak bisa lagi dekat-dekat anggota Yakuza
saat ini untuk mencari informasi, kecuali ada surat perintah dari
atasan atau dari pengadilan. Begitu ketatnya penggunaan pistol atau
senjata api, sampai-sampai pernah ada kejadian di masa lalu seorang
polisi bunuh diri dengan pistolnya, dianggap satu kesalahan sehingga
pangkatnya diturunkan meskipun sudah meninggal dunia. Ini artinya tak
ada yang lepas dari hukum kalau sudah melakukan pelanggaran senjata api
di Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar