Rangkuman ini membuat anda akan berpikir dua kali untuk mengonsumsi daging sapi.
Mudah saja, memesan hamburger favorit di restoran cepat saji setiap hari atau memesan wagyu steak di restoran langganan anda.
Tapi tahukah anda? Ada beberapa fakta menarik dan juga menyeramkan di
balik nikmatnya mengkonsumsi panganan daging sapi yang kita gemari
tersebut.
Asal Muasal Sapi
Dimulai dari sejarah asalnya sapi. Nenek moyang sapi adalah auroch,
sebuah binatang yang dikenal kuat, pintar, dan sangat gesit. Julius
Caesar dalam karyanya pernah mengatakan ketakutannya bertemu dengan
auroch di alam liar. Orang Romawi kuno kadang membawa auroch ke
Colloseum untuk bertarung melawan gladiator.
Di satu sisi, orang-orang Romawi kuno mulai memerah dan mengkonsumsi
susu auroch. Lambat laun, auroch mulai dipelihara dan diternak hingga
berkembang menjadi 800 keturunan berbeda. Kini , spesies asli auroch
sudah punah, betina terakhirnya ditemukan mati 300 tahun lalu di
Polandia.
Pada tahun 1920, dua orang penjaga kebun binatang di Jerman
mengembangbiakkan auroch dari sapi domestik yang merupakan keturunan
asli dari auroch. Menurut mereka, suatu spesies tidak akan punah selama
gennya masih tersedia. Buah pikiran mereka menghasilkan keturunan sapi
Heck, sapi yang selama ini kita lihat dan konsumsi.
Mengkonsumsi daging sapi berarti membantu mempercepat proses
perubahan iklim di bumi daripada yang diakibatkan dari pembakaran
bensin.
Pasangan aktivis lingkungan dan penulis buku Cowed: The Hidden Impact of 93 Million Cows on America’s Health, Economy, Politics, Culture, and Environment,
Denis Hayes dan Gail Boyer Hayes, mengatakan kepada National
Geographic: “Jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dari produksi daging
sapi tiap ponnya (1 pon=453gram), nyatanya, jauh lebih besar dari yang
dihasilkan dari pembakaran bensin.”
Mengapa demikian?
Umumnya, daging sapi yang kita makan berasal dari hasil peternakan sapi
besar di dunia Barat. “Jika anda merunut proses dan menghitung energi
yang dibutuhkan sejak proses menernakkan sapi hingga menjadi hidangan di
atas meja makan anda, maka benar, karbon dioksida yang dihasilkan lebih
besar dari yang dilakukan pengendara mobil berbahan bakar bensin,”
jelas Denis.
Jumlah energi tersebut sudah termasuk dari hasil proses pemupukan
jagung yang menjadi makanan sapi ternak, energi dari hasil pembakaran
bensin yang digunakan mesin traktor untuk membajak ladang, gas yang
dipakai untuk memindahkan jagung hasil panen ke tempat peternakan sapi
untuk kemudian diberikan ke sapi sebagai makanannya, energi yang dipakai
untuk memotong dan mengawetkan daging sapi, mengirimnya ke pasar dan
supermarket, gas yang terkandung dalam sunblock lotion yang
dipakai konsumer sebelum pergi ke pasar demi daging sapi, dan yang
terakhir gas yang digunakan konsumer untuk mengolah daging sapi
tersebut.
“Jika anda sudah sampai poin terakhir dari proses panjang penyediaan
stok daging sapi tersebut, maka gas karbon dioksida yang dihasilkan akan
lebih besar dibanding yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin,”
tutup Denis, yang juga menggagas konsep “Hari Bumi” di tahun 1970 silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar